ESDAL No. 1

Bagaimana Ekonomi Sumber Daya Alam & Lingkungan Memandang Wabah Global (Covid-19)

Jika mendengar kata wabah, yang terlintas dalam pikiran kita dalah sebuah penyakit. Namun sebenarnya wabah adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, bukan nama dari sebuah penyakit. Pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan epidemi, yaitu "berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka".
Pada kasus wabah global yang terjadi pada tahun 2020, dunia dikejutkan dengan penyebaran wabah Coronavirus yang bermula di wilayah Wuhan, China. Wabah ini terus menyebar di negara tirai bambu terebut hingga angkanya mencapai 81,953 kasus (Wikipedia, 2020). Ternyata persebaran wabah tersebut semakin meluas, bahakan hingga ke berbagai belahan dunia, Dilansir dari Worldometers, berikut ada 121 negara yang telah mengonfirmasi kasus Covid-19 hingga Kamis (12/3/2020). Hingga akhirnya WHO mengumumkan kasus ini sebagai pandemi.
Pandemi virus corona memberi pukulan keras terhadap ekonomi global. Namun, ada dampak lain yang sangat positif bagi lingkungan merupakan kabar baik di tengah kabar buruk terkait semakin luasnya penyebaran virus corona di dunia. Sebab Covid-19 memberikan pengaruh positif terhadap planet bumi. Penerapan physical/social distancing karena covid-19 yang mengharuskan seseorang berdiam diri di rumah dilakukan dalam beragam cara di banyak negara guna memutus mata rantai penyebaran virus corona covid-19, menyebabkan semakin sedikit orang yang bepergian dan beraktivitas. Ketika miliaran orang melakukan hal itu, cara planet kita bergerak juga berubah.
Seperti yang kita ketahui, aktivitas manusia biasanya bervariasi setiap hari dan setiap aktivitas yang dilakukan memiliki dampak masing-masing. Tanpa disadari sebelum adanya covid-19 semua aktivitas manusia tidak terbatas, sehingga tanpa sadar ada eksternalitas yang timbul dari kegiatan tersebut yang mempengaruhi kerusakan lingkungan baik secara langsung atau tidak langsung, sehingga harus ada upaya dalam pengelolaan lingkungan. instrumen ekonomi dapat digunakan untuk pengendalian pencemaran dalam pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. Menurut Tietenberg (1998) dan Grafton, et al. (2004), ada beberapa instrumen ekonomi yang dapat diterapkan untuk pengelolaan lingkungan dan pengendalian pencemaran adalah Pertama, pajak; dalam hal ini pelaku pihak yang melakukan kegiatan ekonomi dikenakan pajak atas pencemaran yang dilakukan. Kedua, kuota; dalam hal ini kegiatan ekonomi dibatasi pada tingkat pencemaran yang optimal. Ketiga, izin pencemaran; dalam hal ini, pihak yang akan melakukan kegiatan ekonomi harus membeli izin dari pemerintah untuk mencemari lingkungan.
Dampak dari pendemi covid-19 membuat pergerakan manusia menjadi terbatas. Eksternalitas negatif yang biasa ditimbulkan oleh manusia terhadap lingkungan akan berkurang, salah satunya adalah polusi. Lingkungan terkena dampak positifnya termasuk makhluk hidup yang tinggal di lingkungan. Lingkungan yang dimaksud seperti dalam definisi lingkungan The Environment (Protection) Act, 1986 efines environment to include ‘water, air and land and the interrelationship which exists among and between water, air and land, and human beings, other living creatures, plants, microorganisms and property’ (Sankar, 2008).
Beberapa kota di dunia menunjukkan penurunan polusi yang cukup drastis akibat merebaknya virus covid-19. Di China, Citra satelit Badan Antariksa Amerika Serikat NASA menunjukkan penurunan drastis dalam tingkat polusi di China, disebutkan bahwa terdapat penurunan penggunaan energi dan emisi di China sebanyak 25 persen, hal ini dikarenakan penurunan rekor dalam aktivitas pabrik China karena produsen berhenti bekerja sebagai upaya pencegahan virus Corona.
Para ilmuwan di New York mengatakan bahwa karbondioksida yang biasa dihasilkan dari kendaraan berkurang hingga 50 persen dibandingkan tahun lalu. Emisi karbondioksida yang dihasilkan oleh industri pun berkurang drastis. Hal ini disebabkan oleh menurunnya aktivitas ekonomi dan transportasi. Data di New York membuktikan bahwa pengurangan jumlah perjalanan, terutama menggunakan pesawat, memberikan dampak yang sangat signifikan, lalu penelitian yang dilakukan di Columbia University menyebutkan emisi karbondioksida yang terutama dihasilkan oleh kendaraan turun sekitar 50 persen dalam beberapa hari saja
Satelit telah mendeteksi penurunan nitrogen dioksida dari gas yang berpolusi, yang dipancarkan oleh mobil, truk, bus, dan pembangkit listrik. Hal ini membuat lingkungan menjadi lebih terjaga kelestariannya, telebih dengan pengurangan polusi (berbagai polusi) akan menambah umur suatu sumber daya, sehingga sumber daya yang merupakan input material produksi yang berasal dari lingkungan tidak berkurang jumlahnya, karena kecil kemungkinan orang dapat merusak ekosistem dengan adanya pembatasan sosial. kelesetarian ekosistem lingkungan harus selalu dijaga karena makhluk hidup, terutama manusia memiliki keterkaitan erat dengan lingkungan. Menurut Tom Tietenburg & Lynne Lewis (1984), lingkungan dipandang sebagai komposisi aset yang menyediakan kebutuhan manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung, bentuk tidak langsung disini seperti indutsri yang mengolah suatu sumber daya menjadi barang/jasa yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Seperti yang dijelakan oleh (Field, 1994) mengenai hubungan sistem ekonomi dengan lingkungan yang menerangkan bahwa material dan energi diekstraksi dari lingkungan kemudian di produksi untuk dijadikan consumer goods, lalu residunya dikembalikan ke alam. Sehinga lingkungan dapat didefiniskan secara luas, dimana hubungan lingkungan dan sistem ekonomi merupakan sistem terbuka (open system) yaitu memperlakukan lingkungan menjadi bagian dari ekonomi.
Jadi dampak yang ditimbulkan dari covid-19 membuat ketersediaan sumber daya menjadi sedikit lebih panjang umurnya dan pencemaran terhadap ekosistem berkurang. Italia misalnya. Negara yang masuk dalam daftar lima besar kasus Covid-19 ini akhirnya dibuat paham setelah pemerintah Italia lewat Perdana Menteri Giuseppe Conte mulai memperlakukan lockdown. Efek paling nyata lainnya terdapat di dua kota, yaitu Venezia dan Cagliari. Kanal dan laut yang biasanya agak gelap karena banyaknya aktivitas manusia menggunakan perahu dan kapal-kapal besar, berubah menjadi jernih, tentunya akan mempengaruhi kelangsungan makhluk hidup yang tinggal disana. Tiga sumber utama pencemaran laut adalah tumpahan minyak, laut dumping, dan sampah (terutama plastik) yang berakhir di laut Tom Tietenburg  & Lynne Lewis (1984). Terlebih kedua kota tersebut merupakan destinasi wisata, tentunya berpeluang melakukan pencemaran.
Kita ketahui bahwa China dan Italia merupakan negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia, China dan Italia bagian utara juga tercatat memiliki penurunan signifikan pada zat nitrogen dioksida, yang dihasilkan oleh perjalanan mobil dan industri. Dimana gas ini merupakan pencemar udara yang serius, serta zat yang sangat berbahaya dalam hal pemanasan global. Dengan tidak adanya perjalanan udara dan mayoritas penduduk yang kerja dari rumah, setidaknya mengurangi polusi yang ada pada lingkungan.
Dalam konteks covid-19 ini, manusia memberikan ruang kepada lingkungan hidup untuk bernafas.  Seperti fenomena di china , sehingga mampu membenarkan cara pandang kita bahwa covid 19  bukan lah sekedar siklus alam belaka yang memakan korban jiwa, tetapi dilihat dari alam lingkungan dan semesta  memiliki nilai sosial dan kultural yang dapat mereduksi segala bentuk bencana.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer